Saterdag 06 Julie 2013

Krim Deksametason Natrium Fosfat

ANALISA OBAT NARKOBA TEORI
DEXAMETHASONI NATRII PHOSPHAS CREMOR
Krim Deksametason Natrium Fosfat







OLEH :
DEWI ANJAR SARI
(11.008)



AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
PUTRA INDONESIA MALANG




DEXAMETHASONI NATRII PHOSPHAS CREMOR
Krim Deksametason Natrium Fosfat


1.      Gambaran Umum Sediaan Krim
1.1  Pengertian Krim
·         Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandng air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
·         Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
·         Menurut Formularian Nasional,  krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
·         Krim adalah sediaan semi solid kental, umumnya berupa emulsi m/a (krim berair) atau emulsi a/m (krim berminyak). (The Pharmaceutical Codex 1994, hal 134)
·         Secara tradisional, istilah krim digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsentrasi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak (a/m) atau minyak dalam air (m/a).
1.2  Fungsi krim adalah:
·         Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit
·         Sebagai bahan pelumas bagi kulit
·         Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak langsung dengan zat-zat berbahaya. (anief,1999)
1.3  Kualitas dasar krim
  • Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dari inkopatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada dalam kamar.
  • Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen.
  • Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.
  • Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair pada penggunaan (Anief, 1994).
1.4  Penggolongan Krim
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Ada dua tipe krim, yaitu:
  • Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak
Contoh : cold cream
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.
·         Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air
Contoh: vanishing cream
Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.
1.5  Bahan – Bahan Penyusun Krim
Formula dasar krim, antara lain:
  • Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.
    Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.
  • Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
    Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH, Na2CO3, Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat, Na setostearil alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).
Bahan-bahan penyusun krim, antara lain:
  • Zat berkhasiat
  • Minyak
  • Air
  • Bahan Pengemulsi
Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol, stearil alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat, PEG. Sedangkan, bahan-bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain: Zat pengawet, untuk meningkatkan stabilitas sediaan.
  • Bahan Pengawet
Bahan pengawet sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin) 0,12-0,18%, propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%. Pendapar, untuk mempertahankan pH sediaan Pelembab. Antioksidan, untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh.
1.6  Kelebihan dan Kekurangan Sediaan Krim
Kelebihan sediaan krim, yaitu :
·           Mudah menyebar rata
·           Praktis
·           Mudah dibersihkan atau dicuci
·           Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat
·           Tidak lengket terutama tipe m/a
·           Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m
·           Digunakan sebagai kosmetik
·           Bahan untuk pemakaian topical jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun.
Kekurangan sediaan krim, yaitu :
·           Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas
·           Mudah pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas
·           Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu system campuran terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan.


2.      Monografi Bahan Aktif
Deksametason Natrium Fosfat

Pemerian               : Serbuk hablur, putih atau agak kuning, tidak berbau atau atau agak berbau etanol,sangat higroskopis
Kelarutan              : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, sangat sukar larut dalam dioksan, tidak larut dalam kloroform dan eter
Baku pembanding : Deksametason BPFI, lakukan pengeringan pada suhu 105oC selama 3 jam sebelum digunakan. Deksametason Fosfat BPFI, lakukan pengeringan pada tekanan % mmHg dan suhu 40 oC hingga bobot tetap, sebelum digunakan
(FI IV hal. 289)
Incompability        : Particulate matter was observed within 2 hours when 1 mL of commercial dexametason sodium phospat injection was mixed with 5 mL of sterile water and 1mL of commercial injection solution of either prochlorperazine edistate or vanocomycin hidrocloride.
A study on the interaction between dexametason sodium phosphate and polymyxin B sulphate in ophthaimic preparation and the stabilising effect  of citrate and phosphate buffer
Stabilitas               : Cream containing dexametason sodium phosphate potency is expressed in terms of the equivalent amount of dexametason phosphate store in airtight containers
(Martindal hal.469 )
3.      Monografi Zat Tambahan
3.1  Cetyl Alkohol
Pemerian              : Warna putih, rasa lemah, bau khas, bentuk granul
Kelarutan             : Praktis tidak larut dalam etanol (95%)p dan eter  larut dengan adanya peningkatan temperature, praktis tidak larut dalam air
Titik lebur : 45,520 C
Bobot jenis           : 42,44 (untuk material asli)
Stabilitas              : Stabil dengan adanya asam, alkali , cahaya dan air
Inkompatibilitas   : Ketidakcampuran dengan bahan pengoksidasi yang kuat
(FI IV hal. 72 & Handbook of Pharmaceutical Excpients IV hal 130)


3.2  Paraffin Liquidum
Paraffin Liquidum atau minyak mineral adalah cairan, transparan berminyak kental, bebas dari fluoresensi di siang hari. memiliki bau samar minyak saat dipanaskan.
Pemerian              : Transparan, tidak berwarna, cairan kental, tidak berfluoresensi, tidak berasa dan tidak berbau ketika dingin dan berbau ketika dipanaskan.
Kelarutan : Praktis tidak larut etanol 95%, gliserin dan air. Larut dalam jenis minyak lemak hangat.
Stabilitas              : Dapat teroksidasi oleh panas dan cahaya.
Khasiat                 : Laksativ (pencahar)
Penyimpanan        : Wadah tertutup rapat, hindari dari cahaya, kering dan sejuk.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi 6 hlm. 445, FI IV hlm. 652)
3.3  Cetamacrogolum – 1000 (PEG-1000)
 Cetamacrogolum – 1000 (PEG-1000) merupakan  salah satu jenis bahan pembawa yang  sering digunakan sebagai bahan tambahan dalam suatu formulasi untuk meningkatkan pelarutan obat yang sukar larut. Bahan ini merupakan salah satu jenis polimer yang dapat membentuk komplek polimer pada molekul organik apabila ditambahkan dalam formulasi untuk meningkatkan kecepatan pelarutan yang dapat membentuk komplek dengan berbagai obat.
Pemerian               : Krim lilin berwarna putih, rasa manis, ketika dipanaskan meleleh berwarna kuning kecoklatan, cair, tidak berbahu, atau hamper tidak berbau.
Inkompabilitas      : Perubahan warna teroksidasi oleh sulfonamid, salisilat, zat fenolik, iodida, garam merkuri Dan tanin. benzokain dan obat-obatan . inaktivasi pengawet fenolik karena ikatan hidrogen dengan atom oksigen eter. Cloude poin yang tertekan oleh fenol, sekali lagi karena ikatan hidrogen antara atom oksigen eter dan kelompok hidroksil fenolik. garam, selain nitrat, iodida dan thioeyanetes (yang menyebabkan dan meningkatkan), juga menekan titik awan.
Stabilitas               : Stabil dalam kondisi sangat asam atau alkali elektrolit kuat dapat mendorong pemisahan cetomacrogol. surfaktan dapat mengalami oksidasi pada penyimpanan, sehingga pembentukan peroksida dan peningkatan terus-menerus dalam keasaman. tetap dalam wadah airught.
3.4  Vaselin putih/album
Vaselin putih atau petroleum merupakan campuran yang dimurnikan dari hidrokarbon setengah padat yang diperoleh dari minyak bumi dan keseluruhan/hampir keseluruhan dihilangkan warnanya. Dapat mengandung zat penstabil yang sesuai.
Pemerian              : Massa lunak, lengket, bening, putih, sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk.
Kelarutan             : Tidak larut dalam air, mudah larut dalam benzena, dalam karbon disulfide, dalam kloroform, larut dalam heksana, dan dalam sebagian besar minyak lemak dan minyak atsiri, sukar larut dalam etanol dingin dan etanol panas dan dalam etanol mutlak dingin.
Stabilitas              : Vaselin putih disimpan dalam wadah tertutup dengan baik, dan bersifat sangat stabil karena sifat reaktif  petroleum dari komponen hidrokarbonya.
Kestabilan petrolatum terhadap radiasi yang tidak baik. radiasi menghasilkan pembengkakan, perubahan warna, bau dan perubahan dalam propertis reological dari petrolatum.
Inkompabilitas     : Karena sifat kelembabannya vaselin memiliki beberapa inkompabilitas. Khasiat                : Zat tambahan
(FI IV hal. 822 dan Handbooks)
3.5  Aqua destillata
Sinonim                                : Air suling
Pemerian                              : cairan jernih, tidak berbau, tidak mempunyai  rasa.
Khasiat / kegunaan               : Zat taambahan (pelarut)
Penyimpanan                        : Dalam wadah tertutup baik.
(FI edisi III hal. 96) 
4.      Formula Standart Deksametason Natrium Fosfat Cream

Komposisi             : Tiap 10 g mengandung
Dexamethasoni Natrii Phosphas setara
dengan Dexamathasoni Phosphas                                         100 mg
Cetamacrogolum – 1000                                                       300 mg
Cetostearylalcoholum                                                              1,2  g
Parafinum liquidum                                                                 1     g
Vaselin album                                                                          2,5  g
Aqua destillata hingga                                                          10     g
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik atau Dlam tube, terlindung dari cahaya
Dosis                           : 2 atau 3 kali sehari, dioleskan
Catatan                        : 1. Air harus didihkan selama 10 menit kemudian dan segera digunakan
2. Pada etiket harus juga tertera, kesetaraan dexamethason fosfat.
3. 1,1 g Dexamethason Natrium Fosfat setara dengan setara dengan lebih kurang 1 g Dexamethason Fosfat
(Fornas hal.94)
Catatan            : Dexamethasoni Natrii Phosphas sebagai zat berhasiat dari krim ini. Cetomacrogolum-1000, cetostearylalcoholum, paraffinum liquidum, dan vaselinum album. campurannya merupakan fase minyak. Aqua destillata merupakan fase air. Dalam formula ini merupakan krim tipe air–minyak, karena fase minyak bertindak sebagai fase kontinyu dan fase air didispersikan sebagai bola- bola kecil ke seluruh fase kontinyu.

5.      Formula Terpilih Deksametason Natrium Fosfat Cream
Perhitungan
10 gram  Deksametason Natrium Fosfat Cream
Dexamethasoni Natrii Phosphas setara
dengan Dexamathasoni Phosphas                               100 mg = 0,1 g
Cetamacrogolum – 1000                                             300 mg = 0,3 g
Cetostearylalcoholum                                                 1,2  g
Parafinum liquidum                                                    1     g
Vaselin album                                                             2,5  g
Aqua destillata hingga                                                            10     g
Jumlah bahan seluruhnya selain aqua adalah 5,1 g
Aquades  yang diperlukan      = berat krim yang akan dibuat – berat seluruh bahan selain aqua
                                                = 10 g – 5,1 g
                                                = 4,9 g

6.      Metode Pembuatan Cream
Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-sama di penangas air pada suhu 70-75°C, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas, komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak. Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan pengadukan yang terus-menerus sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair (Munson, 1991).
Prosedur pembuatan Deksametason Natrium Fosfat Cream
·         Disiapkan alat dan bahan
·         Dilelehkan basis lemak vaselinum album, cetostearylalcoholum, cetomacrogolum 1000, dan paraffinum liquidum dalam cawan penguap di atas tangas air (waterbath)
·         Dilarutkan serbuk Deksametason Natrium Fosfat dalam air hangat tambahkan pada lelehan bahan tersebut sedikit demi sedikit
·         Dipindahkan kedalam mortir hangat aduk sampai homogen
·         Dimasukkan dalam pot dan beri etiket biru

7.      Evalusi Sediaan
Agar system pengawasan mutu dapat berfungsi dengan efektif, harus dibuatkan kebijaksanaan dan peraturan yang mendasari dan ini harus selalu ditaati. Pertama, tujuan pemeriksaan semata-mata adalah demi mutu obat yang baik. Kedua, setia pelaksanaan harus berpegang teguh pada standar atau spesifikasi dan harus berupaya meningkatkan standard an spesifikasi yang telah ada.
·         Organoleptis
Evaluasi organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur sedian, konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden ( dengan kriteria tertentu ) dengan menetapkan kriterianya pengujianya ( macam dan item ), menghitung prosentase masing- masing kriteria yang di peroleh, pengambilan keputusan dengan analisa statistik.
·         Evaluasi pH
Evaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan cara perbandingan 60 g : 200 ml air yang di gunakan untuk mengencerkan , kemudian aduk hingga homogen, dan diamkan agar mengendap, dan airnya yang di ukur dengan pH meter, catat hasil yang tertera pada alat pH meter.
·         Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat proses  pembuatan krim bahan aktif obat dengan bahan dasarnya dan bahan tambahan lain yang diperlukan tercampur secara homogen. Persyaratannya harus homogen sehingga krim yang dihasilkan mudah digunakan dan terdistribusi merata saat  penggunaan pada kulit. Alat yang digunakan untuk pengujian homogenitas ialah roller mill, colloid mill. Homogenizer  tipe katup. Dispersi yang seragam dari obat yang tidak larut dalam basis maupun pengecilan ukuran agregat lemak dilakukan dengan melalui homogenizer atau mill pada temperatur 30-40o
·         Evaluasi daya sebar
Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala. Kemudian bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebanya, dan di beri rentang waktu 1 – 2 menit. kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat sediaan berhenti menyebar ( dengan waktu tertentu secara teratur ).
·         Evaluasi penentuan ukuran droplet
Untuk menentukan ukuran droplet suatu sediaan krim ataupun sediaan emulgel, dengan cara menggunakan mikroskop sediaan diletakkan pada objek glass, kemudian diperiksa adanya tetesan – tetesan fase dalam ukuran dan penyebarannya.
·         Uji aseptabilitas sediaan
Dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang di kasih suatu quisioner di buat suatu kriteria , kemudahan dioleskan, kelembutan, sensasi yang di timbulkan, kemudahan pencucian. Kemudian dari data tersebut di buat skoring untuk masing- masing kriteria. Misal untuk kelembutan agak lembut, lembut, sangat lembut
·         Evaluasi Stabilitas
Tujuan pemeriksaan kestabilan obat adalah untuk menjamin bahwa setiap batch obat yang didistribusikan tetap memenuhi persyaratan yang ditetapkan meskipun sudah cukup lama dalam penyimpanan. Pemeriksaan kestabilan digunakan sebagai dasar penentuan batas kadaluarsa, cara-cara penyimpanan yang perlu dicantumkan dalam label.
(Lachman, 1994).